4. Jatuh dan Cinta

"Tiga perkara, yang barang siapa memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang karena Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakan ke dalam api neraka."
(H.R. Bukhari-Muslim)

🍁🍁🍁

"Cinta adalah fitrah yang dimilikki oleh setiap orang. Semua orang mempunyai hak untuk jatuh cinta. Termasuk diriku mencintaimu adalah hak ku."

-Cinta Dalam Luka-

🍁🍁🍁

Waktu terasa cepat bagi mereka. Tanpa mereka sadari mereka telah melakukan pertemanan yang telah dibumbui dengan sentuhan cinta.

Sudah satu bulan lebih Alif melalukan renovasi panti asuhan, selama itulah Alif dan Khaila menjadi semakin akrab. Keduanya saling diam dan membisu saat ditanya cinta. Padahal kedua insan itu saling memendam cinta dan rindu yang menggebu.

Alif dan Khaila menyadari kesalahan itu, mereka mencoba untuk tidak terlalu dekat lagi, mereka telah mencoba untuk menjauh. Namun hasilnya nihil, di beberapa kesempatan mereka masih memperlihatkan keakraban mereka. Sungguh, setan benar-benar ingin menjerumuskan mereka kedalam hubungan yang dibenci Allah.

Seorang perempuan dengan bergamis biru yang senada dengan khimar yang ia kenakan nampak berjalan anggun menghampiri Alif.

"Assalamualaikum." Sapa orang itu.

"Waalaikumsallam, eh Aisyah mari duduk." Ucap Alif, yang diangguki perempuan yang berhijrah itu.

Alif begitu senang melihat perubahan sahabat dari kecilnya itu.

"Oh iya, Alif ada yang mau aku omongin sama kamu!" ucap Aisyah setelah beberapa saat hening.

"Ngomong aja, ada apa?"

"Aku akan pergi ke London." Aisyah berucap sedikit getir.

"Kamu serius, kapan?"

"Aku dapet beasiswa disana, besok aku akan ke London." Ucap Aisyah, terdengar nada suaranya yang begitu lemah, menandakan ia sedang sedih.

Berbeda dengan Alif ia tersenyum. "Alhamdulilah, akhirnya kamu bisa pergi ke London mengejar mimpi kamu melalui beasiswa, Asiyah. Selamat yaa aku senang mendengarnya."

Aisyah menatap Alif dengan tatapan berbeda, "kamu gak sedih?"

"Sedih lah. Tapi rasa sedih aku ini dikalahkan oleh rasa bahagia aku, karna aku melihat sahabat aku ini, udah berubah banyak, udah makin sholehah, pinter lagi. Aku dukung kamu Aisyah." Ucap Alif dengan senyumannya.

"Jangan lupa sholat ya, jaga selalu auratmu meski berada dinegara orang lain. Allah selalu bersamamu." Nasihat Alif. Aisyah mengangguk patuh dia tersenyum.

"Dan juga, jangan lupakan sahabatmu yang tampan ini ya. Ceritakan tentang aku pada sahabat barumu disana, bilang jika aku adalah sahabat terbaik sedunia dan juga tampan." Alif berucap begitu percaya.

Aisyah mendengarnya, terkekeh. "Aku akan ceritakan. Memiliki sahabat yang baik, tapi jika mengatakan tampan, sepertinya aku tidak bisa. Aku tak mau berbohong, Alif."

Alif membulatkan matanya, merasa disindir tidak tampan secara halus. Ingin protes segera namun urung saat melihat tawa Aisyah.

"Alif." panggil Aisyah.

"Iya."

"Cinta itu fitrah kan?" tanya Aisyah.

"Iya. Cinta adalah fitrah, kita berhak mencintai siapa pun yang hati kita inginkan."

"Apa kamu pernah jatuh cinta?" tanya Aisyah tiba-tiba.

"Maksud kamu? Kamu ngomong apa?" bingung Alif.

"Apa kamu pernah jatuh cinta?" ulang Aisyah kembali.

Alif tertunduk dalam. "Aku tidak tahu persis. Mungkin iya. Kenapa?" Tanya Alif.

"Kepada siapa?" tanya Aisyah balik.

Alif mengeryitkan dahinya bingung, "kenapa kamu tiba-tiba jadi serius gini?"

"Aku hanya ingin tahu siapa orang yang beruntung itu."

Alif terkekeh. "Yang jelas diwaktu yang tepat aku akan kenalin ke kamu. Yang pasti dia juga sholehah sama seperti kamu."

"Siapa?"

"Yang jelas orang itu bukan kamu."

Hening seketika.

"Buat kamu. Buka ini saat aku sudah pergi yaa."

Alif menerima kotak itu sedikit ragu, karena ini untuk pertama kalinya ia menerima kembali hadiah dari sahabatnya setelah sekian lama. "Buat aku?"

Aisyah mengangguk tersenyum. "Ya. Jaga dirimu baik-baik, disini. Ku harap kamu akan segera memperkenalkan gadis itu kepada sahabatmu ini, Alif."

"Yasudah. Aku pamit dulu, Assalamualaikum." Ucap Aisyah setelah itu pergi meninggalkan Alif. Gadis melangkah tertunduk keluar dari cafe.

"Waalaikumsalam."

Alif terdiam menatap Aisyah yang pergi, ada yang berbeda dari wanita itu, ada yang salah, sesuatu yang tak bisa Alif mengerti.

*****

Setelah mandi, Alif pria itu duduk di kasurnya, ia mengambil sebuah kotak yang diberikan oleh Aisyah semalam, Alif menatap kotak yang terlihat rapi dengan pita abu-abu.

Dengan rasa penasarannya Alif membuka kotak itu. Alif mengeryitkan dahinya bingung menatap isi yang ada di dalam kotak itu. Sebuah foto dirinya dan Aisyah semasa kecil hingga menjadi dewasa ada di dalam kotak itu. Alif tak mengerti apa maksud dari ini semua?

Alif mengambil sebuah surat yang ia temui dibeberapa tumpukkan foto itu.

Dear Alif,

Dibawah rembulan yang terang kutuliskan kalimat ini bersama air mata, berat hati ini mengatakan. Rangkain kata tak pernah tersusun tuntas, ragu untuk mengatakannya. Pernahkah kamu bertanya tentang persahabatan ini? Pernahkah kamu bertanya tentang rasa kepada hatimu?Aku selalu ragu untuk mengakuinya. Hingga akhirnya kuakui, cinta ini tak pernah aku harapkan. Lancang kah jika aku mengatakan aku jatuh cinta padamu? Maaf. Rasa itu tak bisa ku tolak, aku kalah. Aku bersyukur hatiku tak salah jatuh cinta kepada seseorang. Bukankah manusia mempunyai hak untuk mencintai? Aku mencintaimu namun jika kamu tak cinta aku tak apa, karena itu hakmu. Terima kasih telah merubahku. Memberikan waktu berharga kepadaku mengajarkan arti hidup menemukan cahaya yang sejatinya dari dulu menyapaku namun dengan sombongnya aku mengelak. Terima kasih.

Jika kamu jatuh cinta kepada seseorang, dan orang itu bukanlah aku. Maka aku yakin orang itu adalah orang yang lebih mampu mencintaimu lebih tulus dari diriku.

Aku harap ketika kita bertemu kembali kamu tidak menjauh dariku. Aku harap karna pernyataan rasa ini tidak merusak persahabatan kita.

Aisyah

Tangannya gemetar membaca surat itu, pilu membacanya, tak menyangka jika gadis itu menyimpan cinta kepadanya. Terluka. Alif sangat yakin gadis itu pasti sedang menangis saat meninggalkannya kemarin. Foto-foto masa dulu ia ambil silih berganti. Alif hanya mampu tersenyum.

"Aisyah, maafkan aku."

*****

Aisyah, wanita yang telah menutup auratnya itu, nampak damai memandang awan yang selama ini ia lihat di dalam pesawat. Hatinya berkecamuk rasa perih.

Jangan berharap kepada manusia jika tidak ingin terluka, tapi berharaplah kepada Allah maka Allah akan mendengarkannya dan yakinlah Allah tidak akan memberikan kekecewaan kepada hambanya yang telah berharap kepadanya.

Aisyah telah merasakan sendiri bagaimana sakit dan pedihnya saat berharap kepada manusia. Air mata itu entah sejak kapan keluar.

Aku pernah berharap kepada pria yang aku cintai, berharap pria itu lah yang kelak akan menjadi imamku, aku terlalu berharap kepadanya hingga aku melupakan pengharapan yang sesungguhnya hanya ada pada Allah bukan kepada manusia.

"Maafkan aku." Ucap Aisyah pelan.

Orang yang disebelah Aisyah sedaritadi memperhatikannya, hingga orang itu terulur memberikan sebuah sapu tangan kepada Aisyah.

"Ambilah."

Aisyah menatap sapu tangan itu, lalu ia mengambil menghampus air matanya. "terima kasih."

"La thazan, Allah selalu bersamamu." Ucap orang itu begitu tenang.

Aisyah menatap pria yang ada disampingnya, yang memejamkan mata, dengan handsheet terpasang ditelinga.

"Terima kasih." Ucap Aisyah, meski Aisyah tahu orang itu tidak akan mendengar ucapan terima kasihnya itu.

"Sama-sama."

Aisyah menatap kaget, ia pikir pria yang ada disampingnya itu tertidur dan tidak akan mendengar apa yang ia ucapkan tadi, tapi ternyata pria itu hanya memejamkan mata.

"Saya juga pernah terluka dalam mencintai. Saat kita terluka dalam urusan cinta, jangan terlalu larut dalam hal itu. Kamu tau kenapa ketika berharap pada seseorang, kita selalu mendapatkan kekecewaan? Karna ketika kita semakin berharap kepada manusia maka semakin Allah menjauhkan kita dari pengaharapan itu, itu karena Allah sedang cemburu. Allah hanya ingin hambanya berharap padanya bukan pada manusia."

Aisyah diam sejenak memperhatikan sejenak pria yang ada disampingnya, bagaimana bisa pria itu bisa mengetahui isi hatinya?

"Saya Fathur, salam kenal Aisyah." Ucap pria itu tersenyum hangat.

"Astaghfirullahalazim." Kaget Aisyah.

*****

Hari ini Khaila dan Meira bertemu disebuah perpustakaan. Sudah lama kiranya Khaila tak berjumpa dengan sahabatnya itu. Meira yang pergi ke Banjarmasin menemani kakeknya yang tengah jatuh sakit.

Khaila dan Meira saling bercerita satu sama lain, hingga pembicaraan mereka sampai pada masalah cinta. Kegundahan hati seorang Khaila terhadap pria yang terus menguasai hati wanita itu. Meira sedikit sudah tahu permaslahan yang dihadapi Khaila.

"Aku tak tahu harus apa, Mei. Aku gak mau terus-terusan memikirkannya."

Meira tersenyum, "Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang bukan nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena kedudukannya disisi Allah." Sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, tolong kami beritahu siapa mereka?" Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam menjawab: "Mereka adalah satu kaum yang cinta mencintai dengan ruh Allah tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat diantara mereka serta tidak ada hubungan harta benda yang ada pada mereka. Maka, demi Allah wajah-wajah mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa dikala orang lain takut, dan mereka tidak berduka cita dikala orang lain berduka cita." (H.R. Abu Daud)"

"Kamu mencintainya Aila." Ucap Meira menarik kesimpulan.

"Bagaimana kau bisa tahu. Sedangkan aku tidak tahu."

"Aku tahu dari cara kamu membicarakannya, menceritakannya, selalu ada senyum diwajahmu memerah berseri, lalu kau menunduk menyembunyikan kegugupan. Aku tahu karena aku melihatnya, dan kamu tidak tahu karena kamu merasakannya, begitulah kadang cinta bekerja, Aila."

Komentar