9. Manusia dan fitrahnya

"orang mu'min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya."
(HR.TIRMIZI)

🍁🍁🍁

Jadilah wanita yang bila dipandang khalayak luar orang-orang akan santun bukan karena jabatan ataupun kekuasaan yang bersifaat kefanaan namun karena pakaian yang dikenakan menutup aurat sangat terhormat.

-Cinta Dalam Luka-

🍁🍁🍁

Pernah suatu hari Rasullulah SAW. Pulang dari perjalanan jihat fi sabilila. Beliau pulang diiringi para sahabat. Di depan pintu gerbang kota madinah nampak Aisyah,isteri beliau,sudah menunggu kedatangan beliau. Rasa rindu kepada Rasulullah SAW. Sudah sangat teraasa, akhirnya, Rasulullah SAW, tiba di kota Madinah. Aisyah dengan suka cita menyambut kedatangan suami tercinta. Tiba Rasulullah SAW dirumah dan beristirahat melepas lelah, Aisyah sibuk- sibuk membuat minum untuk sang suami, lalu minuman itu di sungguhkan kepada Rosulullah SAW.beliau meminumnya dengan perlahan hingga hampir menghabiskan minuman tersebut.
tiba-tiba Aisyah berkata "Ya Rosulullah ,biasanya engkau memberikan sebagian minumankepadaku,tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?"
Rosullulah diam,dan hendak melaanjutkan meminum habis air di gelas itu.
aisyah bertanya lagi. "ya Rosulullah ,biasanya engkau memberikan sebagian minuman kepada ku, tapi kenapa pada hari ini tidak kau berikan gelas itu?"
akhirnya,Rasulullah saw.memberikan sebagian air yang tersisa di gelas itu. Aisyah meminum air itu dan iya langsung kagetdan memuntahkan air itu, ternyata air itu terasa asin bukan manis. Aisyah baru sadar bahwa air minum yang di buatnya tercampur dengan garam,bukan gula. Aisyah langsung meminta maaf kepada Rasulullah. itulah sebagian dari banyaknya kemuliaan akhlak Rasulullah saw.dia memaklumi kesalahan yang di lakukan istrinya, tidak memarahinya atau menasihatinya dengan kasar. Rasulullah SAW. memberikan kita teladan bahwa akhlak yang mulia bisa di mulai dari lingkungan terdekat. Sebuah hadis menyatakan, "orang mu'min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap para istrinya."(HR.TIRMIZI)

❤❤❤

Khalisa tersenyum. Tangannya cekatan memotong sayuran, menyajikan makan malam untuk sang suami. Semakin hari, Khalisa semakin pandai memasak, beberapa resep ia pelajari dari Bunda Fatimah dan Mama Hasna, dan juga sari google atau youtube. Setiap kali Khalisa membuat masakan baru, Alif akan menjadi orang pertama yang akan mencicipi lalu pria itu memuji, membuat Khalisa siap terbang keangkasa.

"Benarkah ini kamu yang memasak, dik Ica?"

Khalisa mengangguk pelan. Wanita itu sedang takut, takut suaminya tidak suka dengan masakannya atau menjadi sakit perut karena masakan yang tak enak dari tangan miliknya.

"Kamu sangat pandai memasak, sayang." puji Alif, kembali memakan makanan yang dihidangkan Khalisa begitu lahap.

Khalisa tersenyum bahagia mendengarnya. "Benarkah?" tanya Khalisa masih tak percaya.

"Iya sayang. Masakanmu sangat enak seperti masakan Mama dan Bunda. Kamu sangat hebat." Puji Alif lagi.

Sangat jelas dalam ingatan Khalisa tentang pujian sang suami. Wanita itu semakin tersenyum, rasa lelah rasanya tak pernah menghampiri, selalu rasa kebahagian yang menyapa. Khalisa sangat bersyukur. Wanita itu benarlah sudah jatuh cinta kepada Alif.

Tersenyum Khalisa menyajikan makanan ke atas meja. Satu piring berisi nasi beserta lauk dan sayuran yang telah ia oseng, menggoda Alif yang sudah mulai lapar.

"Makasih sayang." Ucap Alif lembut.

Khalisa tersenyum, tangannya menuangkan air putih digelas milik Alif sekali lagi Alif tersenyum mengucapkan terima kasih. Lantas Khalisa ikut tersenyum ia duduk disamping Alif.

"Kamu tidak makan sayang? Mana piringmu?" tanya Alif. Ia menatap Khalisa bingung.

" Aku pernah membaca tentang kisah Nabi Muhammad SAW dengan istrinya Aisyah, mereka sangat romantis. Satu piring berdua, minum dengan gelas yang sama. Aku sungguh hiri melihat keromantisan mereka, Mas." Ucap Khalisa, wanita itu menunduk malu. "Bolehkah jika aku meminta, aku ingin seperti Aisyah dengan kekasih halanya Nabi Muhammad SAW sehari saja, bersamamu?" tanya Khalisa sedikit ragu. Sungguh Khalisa sangat ingin melakukan adegan romantis seperti Nabi Muhammad bersama Aisyah. Sudah lama Khalisa tahu kisah itu, dan dulu ia berkeinginan seperti itu nanti bersama suaminya.

Alif tersenyum mengusap pucuk kepala Khalisa wanita itu mendongakkan kepalanya, kedua bola mata itu bertemu keduanya saling tersenyum.

"Makanlah, aku akan menyuapimu." Ucap Alif memberikan sesendok nasi dihadapan Khalisa berniat ingin menyuapi.

Khalisa tersenyum mengangguk menerima suapan pertama dari sang suami. Tak tahu apa yang terjadi dengan Khalisa namun wanita itu meneteskan air mata, terharu.

"Jangan menangis, mulai hari ini dan seterusnya kita akan makan sepiring berdua segelas berdua. Seperti kisah romantis Nabi Muhammad SAW dengan istrinya Aisyah, yang kau kagumi."

"Benarkah itu, Mas?"

"Iya sayang. Aku berjanji."

Malam itu selepas dari ruang makan, Khalisa merengek meminta diceritakan kisah romantis dari Nabi Muhammad SAW dengan istrinya Aisyah. Awalnya Alif sedikit ragu namun akhirnya dia menceritakan.

Alif bersandar didinding tempat tidur, Khalisa berbaring disamping Alif, wajahnya lebih terlihat seorang anak kecil yang menggemaskan,sifat manja dari seorang Khalisa yang sangat disukai Alif. Tangan Alif diperintahkan Khalisa agar mengusap pucuk kepala wanita itu dengan lembut selama bercerita, Alif mengangguk mrngiyakan. Meski Alif merasa heran melihat tingkah yang berbeda dari Khalisa.

"Kenapa kamu ingin mendegar kisah Nabi Muhammad SAW dengan istrinya Aisyah? Bukankah kamu sudah tahu kisah itu?" Alif bertanya.

"Aku memang sudah mendengar kisahnya, Mas, dari Bunda dan Ayah yang menceritakan. Tapi aku belum pernah mendengar kisah itu dari suamiku. Bolehkan jika aku memintanya?" Khalisa meminta dengan manja.

Alif tersenyum, "kamu sangat berbeda hari ini ada apa?"

Khalisa menggeleng pelan. "Aku gak tahu. Tiba-tiba saja aku ingin memiliki kisah romantis bersama suamiku seperti Aisyah bersama Nabi Muhammad SAW."

Alif tersenyum hangat mata mereka bertemu cukup lama terdiam.

"Pejamkanlah matamu, aku akan menceritakannya kembali." Alif berkata sangat lembut. Khalisa mengangguk menuruti.

Aisyah binti Abu Bakar merupakan satu-satunya istri Rasulullah yang masih perawan, bahkan Aisyah dinikahi oleh Rasulullah SAW ketika usianya masih kanak-kanak. Bukan hal yang sulit bagi Rasulullah untuk beradaptasi dengan Aisyah yang pada masa itu baru saja meninggalkan masa kanak-kanaknya. Aisyah dibiarkan menghirup sisa-sisa masa kanak-kanaknya, baik pola pikir atau pun tingkah laku bermainnya. Tidak dinafikan oleh Nabi bahwa Aisyah butuh perawatan serta perlakuan khusus dari Nabi. Beliau tidak menuntut Aisyah berbuat sesuatu diluar batas umurnya. Bahkan, Nabi memberinya cinta, kasih sayang, dan kelembutan melebihi yang ia dapatkan dari kedua orang tuanya. Semua itu Nabi lakukan agar hidup Aisyah berjalan sesuai dengan tabiat dalam dirinya. Tak ada intervensi atau pu paksaan kecuali yang menyangkut larangan atau lepas dari hukum syara. Tak pernah Nabi membunuh keinginan Aisyah. Bila ingin meluruskan sebagian keinginannya yang menyimpang beliau lakukan dengan metode pendampingan dan pemberian nasihat, tidak sampai memaki sedikit pun. Di rumah Nabi, Aisyah tumbuh semakin dewasa dan makin matang. Setiap inci perkembangannya tak luput dari sang suami yaitu Nabi. Pada suatu kesempatan Aisyah keluar bersama Nabi, beliau mengajak bertanding lari untuk yang kedua kalinya setelah sebelumnya mereka pernah melakukannya ketika akan pergi ke Madinah. Namun untuk kali ini pertandingan lari tersebut dimenangkan oleh Nabi. Aisyah kalah kali ini, karena tubuhnya sudah padat dan berisi. Aisyah cemberut, tetapi Nabi meledeknya dengan memberikan senyuman. Dikenangnya bahwa dulu Aisyah yang menang, tetapi kali ini Rasulullah yang menang. "Impas!" ucap Rasulullah kepada Aisyah sambil menggoda. Nabi tahu seluk beluk jiwa Aisyah. Tahu kapan jiwanya sensitif, tahu kapan jiwanya bahagia. Pada suatu hari Rasulullah berkata kepada Aisyah, "Aku tahu kapan kamu marah kapan kamu bahagia..." Merasa heran Aisyah bertanya kepada Rasulullah, "Bagaimana bisa mengetahui suasana hati yang aku sembunyikan begitu rapi?" Rasulullah menjawab, "Jika sedang marah, kau bersumpah 'Demi Tuhan Ibrahim'. Jika hatimu sedang lapang kau bersumpah 'Demi Tuhan Muhammad'."
Aisyah tersipu, tawanya lepas tak tertahan "Demi Allah, Wahai Rasulullah hanya namamu yang tertinggal di hatiku."
Nabi takjub akan gairah kecemburuan Aisyah. Bahkan, kadang sampai bingung memahami sikap kewanitaan dan kecintaannya yang luar biasa kepada beliau.

Alif mengsudahi kisahnya. Matanya memandang lekat Khalisa telah tertidur pulas sangat pulas. Alif tersenyum melihatnya, kali ini untuk pertama kalinya senyuman itu begitu tulus dari hati seorang Alif kepada Khalisa. Jarum Jam dinding berada diangka sepuluh, lantas Alif membaringkan tubuhnya tepat disamping Khalisa, semakin dekat ia memandang Khalisa jantungnya semakin berdebar.

"Aku menyayangimu..."

Kuharap rasa cinta ini tumbuh dengan cepat dihatiku.

Seorang pria bersandar disalah satu kursi, tangannya memandang sendu kearah sebuah foto, seorang gadis cantik. Pria itu tersenyum menyembunyikan luka yang telah ia kubur dalam-dalam.

"Maafkan aku, aku masih mencintaimu. Janji yang mengatakan aku akan melupakanmu belum bisa kupenuhi." Pria itu berkata lirih.

"Assalamualaikum." Alif memberi salam sebelum masuk. Dengan cepat Adam menyembunyikan foto itu beserta kesedihannya. Bukankah sekarang jauh lebih baik berpura-pura bahagia didepan orang.

"Waalaikumsalam Alif. Kenapa?" Adam bertanya wajahnya terlihat bahagia seperti tak ada masalah.

Alif melangkah, menarik satu kursi untuk duduk dihadapan Adam. Pria itu tersenyum.

"Ada kabar gembira buat kamu."

"Apa?"

"Aku telah mencintai Khalisa, yang artinya aku telah mampu melupakan Khaila. Ini sungguh, ku tak berdusta."

"Kamu yakin?"

"Sangat yakin."

Adam tersenyum mendengarnya ikut bahagia. "Syukurlah, jika kamu sudah bisa mencintai Khalisa. Dia istri yang sholehah Alif jangan kau sakiti dia."

"Iya aku tahu itu." Senyum Alif.

"Tadinya, jika kamu tidak bisa mencintai Khalisa, aku sudah berniat meminta kamu pisah dengannya dan merelakan Khalisa menikah denganku, Alif." Gurau Adam sdikit tertawa. Sekedar basa-basi.

Alif terdiam dia tidak tertawa hanya tersenyum tipis.

"Bagaimana jika Khaila datang kembali? Apa cinta kamu ke Khalisa akan..."

"Itu tak akan terjadi, Adam. Aku sungguh mencintainya, tak peduli jika Khaila datang kembali." Sambung Alif dengan cepat.

Adam tersenyum simpul. Rupanya sahabatnya itu benar-benar telah jatuh cinta.

*****

Aku akan melamarmu.

Kalimat itu terus saja menghantui Aisyah. Seperti bunga yang mekar dipagi hari sekiranya seperti itulah perasaan Aisyah saat ini. Berbunga-bunga mekar sangat indah. Jika awalnya Aisyah mengira itu hanyalah gurauan atau salah kirim, namun kali ini semuanya sangatlah jelas begitu nampak wanita itu sangat yakin. Allah sungguh baik. Bolehkah jika ia berpikir Allah terlalu baik padanya memberikan rahmat yang berlimpah saat ia baru saja melewati start berhijrah. Kebaikan selaulu menghampirinya setelah memutuskan berhijrah bukti nyatanya saja ia diberikan seorang pendamping yang sangat sholeh bertemu di negeri orang.

"Kau mencintainya, Aisyah?" Alice bertanya.

Aisyah mengangguk pasti.

"Seyakin itukah kamu? Bersapa saja jarang, apalagi saling berkomunikasi tiap hari, bagaimana bisa kau sangat yakin. Bagaimanna jika Fathur tak mencintaimu, atau ia hanya main-main saja dengan lamarannya. Setahuku Fathur adalah pria yang cukup terkenal, dia pintar, tampan. Pasti ia mempunyai banyak kenalan wanita yang cantik."

Aisyah tersenyum menutup bukunya. "Dalam hidup segalanya telah ditentukan, rejeki, maut, dan juga jodoh. Tak perlu terus saling tegur sapa untuk menghadirkan cinta, cukup lewat doa segalanya lebih menyenangkan, doa adalah kekuatan terbesar dalam mencintai, Alice. Jika aku dan dia bersama maka akan dimudahkan dalam menyempurnakan agama, namun jika tidak Allah akan menghadirkan rencana yang indah untuk memisahkan kami. Semuanya telah tertuang di lauhil mahfuz jadi kita sebagai umat tak perlu khawatir ataupun ragu karena itu semua sudah menjadi ketentuan untuk kita. Tak perlu dikejar jika ia memang cinta sejatimu maka ia akan datang dengan cara yang mengagumkan, kita hanya cukup melakukan pembenahan diri perbaikan diri menjadi lebih baik. Aku percaya jika kita memang berjodoh maka berjodohlah, namun jika tidak maka suatu saat nanti kita akan dipertemukan dengan dia melalui cara yang indah."

"Kamu wanita yang baik Fathur pria yang baik. Rasanya benarlah kiranya pepatah yang mengatakan jodohmu adalah cerminanmu. Selamat yaa. Semoga kalian cepat bersama."

"Aamiin. Terima kasih Alice."

*****

Tetap terdiam. Langit jingga membelah kota London sore itu, duduk disalah satu kursi taman, memandang orang yang berlalu lalang. Sore itu kota London terlihat ramai. Satu dua orang memandang gadis itu, dari atas sampai bawah melihat cara pakaiannya yang sangat berbeda. Aisyah hanya tersenyum jika ada yang menatapnya heran lalu orang itu berlalu pergi dengan ikut tersenyum kaku, Aisyah memaklumi hal itu. Bersyukur selama ia berada di London, hal buruk yang sempat ia pikirkan tak terjadi, malah sebaliknya. Kehidupan Aisyah berjalan baik di London, setiap ia makan disalah satu restoran, pihak restoran selalu memberikan makanan halal mereka, mereka sangat santun menghormati, Aisyah sangat senang dengan perlakuan itu, atau saat dia berada diluar, orang-orang akan sopan kepadanya, tak berani menyetuh karena mereka tahu bahwa Aisyah adalah seorang muslimah, mereka sangat menghargai dan menghormati wanita yang berjilbab.

Alice disamping Aisyah, sesekali menyeruput minumannya.

"Aku senang bisa bersahabat denganmu, Aisyah. Darimu aku belajar banyak tentang agama yang kamu anut, dulu aku sempat terpengaruh dengan perkataan orang yang mengatakan islam adalah agama teroris, namun semenjak bertemu denganmu rasanya kalimat itu tidak pantas untuk menggambarkan orang yang beragama islam. Islam bukan agama teroris tapi agama yang cinta perdamaian." Alice membuka pembicaraan lebih dulu.

Aisyah tersenyum, dia senang mendengarnya, setidaknya ia telah membuat satu orang merubah pola pikir negatif tentang agama islam agama yang ia anut dan percayai.

❤❤❤


Sumber:

https://yunitaintanpermatasari.wordpress.com/2013/09/27/kisah-nabi-muhammad-saw-kepada-istrinya-aisyah/

https://www.islampos.com/romantisnya-rasulullah-bersama-aisyah-81587/

Komentar